Selasa, 23 Juli 2019

Minta Petunjuk Bangun Gerbang Benteng Dewata, Yonzipur 18/YKR Silaturahmi dengan Tokoh Puri

Pendam IX/Udayana
Selasa, 23 Juli 2019

Gianyar - Bali yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura, memiliki kearifan lokal tersendiri yang merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, permainan, bahkan pada bentuk bangunan.

Demikian disampaikan Danyonzipur 18/YKR Letkol Czi Parlindungan Simanjuntak, S.Sos., M.Si., dalam sambutannya pada acara Ramah Tamah dalam rangka mempererat silaturahmi antara Yonzipur 18/YKR dengan Lingkungan Adat dan Tokoh Masyarakat di sekitar Ksatrian Yonzipur 18/YKR yang digelar di Lapangan Mayonzipur 18/YKR, Gianyar, Sabtu (20/7/2019).

Acara yang mengusung tema "Dimana Bumi Dipijak, Disana Langit Dijunjung" tersebut, dihadiri oleh Ida Dalem Semara Putra (Puri Agung Klungkung), A.A. Ngurah Kakarsana (Puri Agung Blahbatuh), Ida Agra Dalem Pemayun (Puri Agung Payangan), Para Penglingsir Puri se-Bali, Kepala Kesbangpol Kab. Gianyar, Wakil Ketua I DPRD Gianyar, Camat Gianyar, Lurah Gianyar, Lurah Bitra, Kaling Candi Baru, Kaling Dauh Uma, Bendesa Adat Gianyar, Bendesa Adat Bitera serta Arsitek I Nyoman Mahendra.

Lebih lanjut, Danyonzipur 18/YKR memaparkan kepada para tamu undangan tentang rencana pembangunan gerbang Pintu Masuk Ksatrian Yonzipur 18/YKR yang akan dibangun dengan desain yang menjunjung tinggi kearifan lokal, yaitu adat dan budaya khas Bali.

Dalam kesempatan tersebut, Danyonzipur 18/YKR memohon masukan dari para Pelingsir Puri untuk memberikan saran tentang bentuk dan filosofi dari benteng atau gapura yang akan dibangun. Dirinya menyebutkan bahwa pelibatan tokoh-tokoh puri merupakan bagian penting, dengan harapan pembangunan benteng markas ini menjadi bagian dari adat Bali.

Diskusi hangatpun terjadi saat Danyonzipur 18/YKR dan Para Penglingsir Puri membahas nilai-nilai filosofis yang akan disematkan dalam konstuksi bangunan benteng atau gapura yang akan dibangun di gerbang Ksatrian Yonzipur 18/YKR. Danyonzipur 18/YKR meminta langsung para Pelingsir Puri untuk menggambarkan desain yang khas dengan adat Bali.

Ida Dalem Semara Putra dari Puri Agung Klungkung menjadi yang pertama memberikan masukan dan menggambar kasar tentang benteng yang akan dibangun nanti. Dirinya menggambarkan ornamen sayap pada bagian benteng atas. Untuk tampilan depan, Ida Dalem Semara Putra mempercayakan pada pekerja proyek yang ditunjuk.

"Tinggal ditambahkan saja pada bagian atas dengan seperti ini (ornamen sayap). Jangan diberi ornamen Gajah Mina," sebutnya.

Gajah Mina adalah makhluk cryptid laut gabungan gajah dan ikan atau biasa disebut juga Gajah Laut. Dalam budaya Hindu Bali, Gajah Mina adalah salah satu dari 7 binatang mitologi (Makara). Bentuk ikan berkepala gajah sering dicat atau diukir di Candi sebagai ornamen tempat suci.

Ida Dalem Semara Putra menyarankan untuk bahan, menggunakan bata merah, batu paras, atau batu hitam, dikarenakan bahan-bahan tersebut mempunyai kelebihan dan kekuarangannya masing-masing.

Sementara itu, Ida Agra Dalem Pemayun dari Puri Agung Payangan memberi saran pada simbol Badhawang. Kura-kura atau Badhawang ini tidak ditambahi kata Nala atau Ular Naga. Karena jika disebut Bedawang Nala itu bagian dari filosofi dari agama dan sakral.

"Badhawang Nala itu dipakai di bagian bangunan padmasana atau tempat suci Hindu. Badhawang Nala merupakan kura-kura yang diikat oleh naga, itu sangat sakral. Jadi, lebih baik Badhawang saja tidak perlu pakai Nala," ujarnya.

Atas masukan dan saran tersebut, Danyonzipur 18/YKR mengucapkan terimakasih seraya menyepakati bahwa selanjutnya akan dibuatkan desain baru yang nantinya akan diketuk atau dinilai oleh Penglingsir Agung Puri-puri Sejebag Bali, Ida Dalem Semara Putra. (Yonzipur 18/YKR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar