Minggu, 22 Mei 2016

Danrem 161/Wira Sakti : Proxy War Itu Nyata Adanya

Pendam IX/Udayana
22 Mei 2016
Editor Kapten Inf I nyoman Budiarta

Bertempat di Ruang Aula Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Universitas Katolik Widya Mandira atau Unwira Kupang, Danrem 161/Wira Sakti, Brigjen TNI Heri Wiranto, S. E., M.M., menjadi pembicara atau nara sumber bagi sekitar 100 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik, Sabtu (21/05/16).

Danrem 161/Wira Sakti pada kesempatan ini, dihadapan mahasiswa berbicara tentang proxy war, dimana dijelaskan tren perang saat ini adalah "War by Proxy", artinya bahwa perang yang terjadi tidak lagi konvensional, tetapi salah satu pihak menggunakan pihak lain atau pihak ketiga untuk berperang melalui berbagai aspek seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan juga pertahanan keamanan. Menurut Danrem perang proxy ini nyata adanya di Indonesia dengan berbagai indikasi yang muncul seperti, terlibatnya warga negara Indonesia dalam jaringan ISIS, meningkatnya eskalasi keamanan, demo buruh, bentrokan antar kelompok, Ormas termasuk bentok antar mahasiswa yang intensitasnya cukup memperihatinkan. Seperti disampaikan Danrem bahwa terjadi 41 kasus bentrok antar mahasiswa sepanjang tahun 2015 dan dalam waktu 3 tahun terjadi 21 kasus pembakaran kampus. Ini sebagai gambaran bagi mahasiswa yang hadir pada giat seminar ini, dimana sesungguhnya sebagai golongan intelektual semestinya menghindari terjadinya peristiwa seperti ini.

Pada awal penjelasanya, Danrem 161/Wira Sakti berbicara panjang lebar mulai dari situasi global, regional, nasional maupun daerah. Danrem menyampaikan bahwa konflik dunia saat ini 70 prosen diakibatkan oleh perebutan energi yang artinya energi menjadi perebutan negara-negara di dunia sementara cadangan energi tersebut terbatas.Selanjutnya dijelaskan bahwa Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mempunyai sumber kekayaan alam (SDA) yang berlimpah termasuk cadangan energinya yang menjadi daya tarik bagi negara lain untuk menguasainya. Negara Indonesia dengan SDA nya menjadi arena perasaingan kekuatan beberapa negara yang memungkinan terjadinya persengketaan bersenjata utamanya di kawasan Asia Tenggara. Hal ini perlu dicermati secara baik oleh Bangsa Indonesia termasuk adanya peran mahasiswa sebagai generasi muda penerus kesinambungan bangsa ini.

Danrem juga berbicara tentang Narkoba, Gafatar, konflik Tolikara, Singkil Aceh dan masalah sosial seperti LGBT yang harus menjadi perhatian kita semua, termasuk kalangan kampus. Narkoba telah merenggut 15. 000 jiwa tiap tahunnya dengan catatan sepanjang tahun 2015 ada 5,1 juta penduduk Indonesia menyalahgunakan Narkoba tersebut. Makanya dibutuhkan kerja keras baik internal maupun eksternal untuk memerangi bahaya Narkoba tersebut.Terkait Gafatar yang dideklarasikan pada 21 Januari 2012 Silam adalah aliran sesat yang menyimpang dari ajaran agama yang meresahkan umat beragama yang dapat memicu terjadinya konflik atau pertentangan. Masih banyak lagi permasalahan yang dihadapi bangsa kita seperti kasus Tolikara dan Singkil Aceh adalah sebagai bagian untuk membuat terjadinya disintegrasi bangsa dengan membenturkan sesama bangsa sendiri.Dengan kondisi seperti ini maka Danrem mengajak pada kita semua termasuk dunia kampus untuk secara bijak dan mempunyai komitmen kuat pada jati diri Bangsa Indonesia yang sesungguhnya dengan berpegang teguh pada dasar negara Pancasila yang didalamnya memuat semangat pantang menyerah, bersatu, kerukunan dan toleransi, semangat gotong royong serta musyawarah mufakat yang merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia yang tidak boleh terkikis bila kita ingin  tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sudah merupakan harga mati, di tengah kebhinnekaan dan keragaman bangsa ini. Bila nilai-nilai jati diri bangsa ini bergeser maka ujungnya akan terjadi konflik, tegas Danrem.

Dengan dipandu oleh Ketua Program Studi IPM, Drs. Serfas Rotriques mendapat respon positif dari mahasiswa yang hadir dengan adanya beberapa pertanyaan dan saran yang kritis yang ternyata mampu membuka wawasan mereka tentang kondisi saat ini yang dihadapi bangsa Indonesia termasuk bagaimana memahami jati diri bangsa yang sesungguhnya.Bahkan seorang mahasiswa bernama Adrianus Lanu menyampaikan apresiasinya terhadap keterlibatan TNI bagi masyarakat di daerah dalam memotivasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan dan membudayakan hidup bergotong royong. Sementara mahasiswa lain Yoseph mengharapkan kegiatan seminar dengan kuliah umum seperti disampaikan Danrem 161/Wira Sakti agar dapat berkelanjutan untuk menambah wawasan kebangsaan dan perkembangan lain yang terjadi di dunia luar.

Acara seminar kuliah umum yang hampir berlangsung selama dua jam ini dihadiri oleh Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik, Apolonaris Gay, S.I.P., Kasiter Korem 161/Wira Sakti Kolonel Infanteri Edward Sitorus, Para Dosen dan staf fakultas setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar