Sabtu, 30 Juni 2018

"Dunia Maya Mempersatukan Kita" Menyambut Hari Keluarga Nasional Bagi Keluarga Disabilitas (Tuna Netra)


Pendam IX/Udayana
Sabtu, 30 Juni 2018

~~~~
Bismillah, hanya itu modal saya menuju kehidupan.

Kata orang berat menjalani kehidupan setelah menikah. Bagi saya berat atau tidak itu terletak pada hati serta niat individu. Ternyata bagi saya hidup berkeluarga itu lebih baik dari pada sendiri. Memiliki pasangan yang halal itu rasanya luar biasa, rasa bersyukur itu makin meningkat. Saya adalah seseorang yang mempunyai fisik yang beda dari orang kebanyakan.

Disabilitas netra.

Ya itulah saya, hidup dalam situasi gelap, hidup tidak bisa melihat dunia sedari kecil. Begitu pula pasangan saya adalah seseorang yang tidak dapat melihat. Kami di pertemukan oleh Allah di waktu kami menjalani pendidikan visioterapi di Jakarta.

Saya menikah pada tahun awal setelah selesai pendidikan visioterapi, tahun 2012 Kami mengikat janji, mengikat hati dalam ikatan pernikahan.

Padahal waktu itu saya belum punya apa-apa, ya saat ini juga sama sih.

Motivasi saya paling mendasar adalah dosa, Ya benar itu dasarnya. Saya takut melakukan dosa dan saya punya keyakinan, bahwa menikah itu lebih baik daripada sendiri.

Dan memang pilihan yang berat, dengan tanpa mempelajari kehidupan berumah tangga terlebih dahulu, kami menikah, dengan bermodalkan tekat, serta mencari ridhonya sang pencipta, Kami mengarungi bahtra rumah tangga.

Setelah kami menikah tepatnya usia pernikahan kami 2 bulan, kami memutuskan untuk mengontrak rumah petak intinya kami ingin mandiri. Dengan debat dan dengan cemoohan dari keluarga besar, kami keluar dari rumah orang tua.

Rumah yang memberi kenyamanan jasmani Kami.

Ya meski makan, istirahat tidur sangat nyaman, segala tidak usah mikir tapi jauh di sanubari kami hal itu tidak boleh terus kami nikmati. Kami meski berbeda dari fisik, tapi kami menikah itu adalah mencari arti kehidupan di dunia ini.

Kami mencari jalan menuju jalan pada Illahi Rabbi.

Dengan bermodalkan uang 1 juta hasil jual cincin yang di waktu ijab kobul saya sematkan di jari istri, serta hasil menerapi kehidupan yang sebenarnya dimulai. Cari kontrakan juga tidak mudah, beberapa kali Kami dapat informasi rumah kontrakan kosong, tapi nyatanya tidak ada.

Jika adapun, pemilik kontrakan enggan memberikan rumah kontrakanya untuk disewa oleh Saya tuna netra. Ada beberapa pemilik kontrakan kosong tersebut jujur mengungkapkan isi hatinya pada kami orang buta bagai mana cara merawat rumah? Seperti nyapu, ngepel, lantai dan nyuci baju.

Diantara orang-orang tersebut ada yang kasihan entah memang percaya dengan kami, ahirnya kami dapat kontrakan luas 2m panjang 8m. Rumah kontrakan Kami terletak di belakang asrama Kopassus di Serang, Banten.

Rumah kontrakan kami tersebut perbulan 500ribu, waktu itu kami hanya membawa baju saja ke kontrakan, ya memang hanya baju dan nekat itu saja yang kami punya. Banyak yang entah aneh atau bagaimana, lingkungan di sekitar kontrakan setiap saya tanya perihal warung sembako, pasar, tidak ada yang mau ngasih tahu. Kalaulah ada yang jawab, pasti katanya jauh.

Bukanya dikasih arah, untungnya masih ada masjid di dekat kontrakan kami tersebut. sudah 7 hari saya dan istri ngontrak, kami hanya makan di warung indomie dekat masjid, Sudah setiap waktu saya bertanya tentang warung, pasar, hasilnya 0.

Saya waktu itu sempat mau menyerah, sudah mau pulang saja. Tapi istri selalu mensuport agar saya selalu tegar dan pantang putus asa. Di waktu saya menunaikan ibadah, hanya 1 yang saya minta, kepada Allah agar kami diberi  ketenangan dalam hati supaya kami ikhlas menerima apa yang jadi ketentuanya.

Agar hati ini dijauhkan dari rasa putus asa, diberi mental yang pantang menyerah, begitu terus menerus. Uang sudah hampir habis, waktu kontrakan kurang sedikit lagi masuk masa tempo.

Ohya lupa, Kami bersih-bersih rumah ada sapu ya peralatan bersih-bersih makai yang ada di kontrakan. Menurut kata pemilik kontrakan tersebut peralatan tersebut milik yang ngontrak sebelumnya. Alhamdulillah dengan kesungguhan kami, atas izin Allah rumah yang kami tinggali bersih, itu kata yang punya rumah.

Ketentuanya Allah berlaku atas kami, Ya waktu itu kontrakan masa waktu berakhir kontrakan kurang 3 hari lagi. Uang sudah tinggal 70 ribu, ya 70.000 tapi waktu sore itu, segalanya terbayarkan.

Seperti biasa habis shalat di masjid berjamaah, langsung kami duduk-duduk di warung indomi. Sambil menunggu pesanan indomi kami matang, tiba-tiba ada yang bertanya kepada saya apa benar saya bisa mijit? Kata suara tersebut kepada saya.

Saya langsung jawab bisa. Singkat nya saya diajak ke tempat yang pada akhirnya saya ketahui adalah asrama Kopassus.

Disitu saya menerapi 4 orang, dan Alhamdulillah saya dapat memberi service terapi yang maksimal. Semua atas kuasa Allah serta doa istri yang tak pernah lelah setiap waktu. Saya dapat uang dari mijat itu 4 juta, langsung sujud syukur kami di rumah kontrakan tersebut.

Langsung saya bayar rumah kontrakan 2 bulan sekaligus, atas informasi di taman Kopassus tersebut ternyata dekat sama pasar. Dengan yakin Kami jalan 2 km untuk mencari pasar. Alhamdulillah ketemu pasar dan pertama yang kami lakukan mencari warung nasi.

Kami harus isi perut kami dulu, sebab sudah hampir 1 bulan kami hanya makan indomi. Meski banyak orang dipasar tersebut menyangka kami pengemis, tapi Alhamdulillah kami dapat meyakinkan mereka, bahwa kami bukan pemilik mental pengemis.

Akhirnya kami setelah bayar apa yang sudah kami makan, lalu kami beli prabotan rumahtangga, seperti piring, mangkok, dan tidak lupa kompor serta beras. Pasti pembaca heran, orang buta kok beli kompor segala.

Apakah bisa masak nasi? Nyalain kompornya gimana?

Ya saya sendiri juga bertanya dalam hati, apa bisa Kami orang yang beda, orang yang lampu saja tidak melihat kok masak.

Tapi itulah hidup, segala itu perlu dicoba.

Saya selalu ingat kata guru ngaji saya dulu dikampung, Bahwa untuk mencapai surga itu butuh perjuangan. Berjuang ibadah tepat waktu, berjuang ikhlas, dan selalu mensyukuri apa yang telah Allah beri untuk kita. Yakinlah bahwa diri ini mampu.

Awal kami masak ya goreng tempe gosong, tangan kena minyak panas, ya sekali lagi yakin kalau kami mampu melewati tantangan tersebut, Allhamdulillah istri bisa masak dengan rasa yang sangat luar biasa enak. Waktu itu pertama istri bisa masak yang pas adalah sayur bayam, ceplok telur dan sambal trasi.

Itulah yang saya maksud Allah bayar kesabaran sebulan dengan kenikmatan yang luar biasa. Bukan uang 4 juta itu melainkan masakan seorang istri yang benar ada rasanya  dari yang tidak dapat masak sama sekali.

2014/05/24 Alhamdulillah anak kami Muhammad Fidia Rizki terlahir di tengah-tengah kami. Meski dengan proses sesar tapi Alhamdulillah si buah hati dan ibunya selamat. Dokter dan keluarga cemas kalau si kecil buta, akhirnya dokter spesialis mata dan THT melakukan tes dan Alhamdulillah hasilnya anak kami normal. Fisik maupun jiwa, Sebenarnya Kami tersinggung atas pernyataan mereka tersebut, tapi ya kami harus terima dengan ikhlas.

Setelah pulang dari RS, kami hanya 1 bulan di rumah orang tua. Meski dirumah orang tua tapi memandikan si kecil, memakaikan baju, intinya semua keperluan si kecil  adalah Kami orang buta ini yang mempersiapkan.

Setelah 1 bulan di rumah kami memutuskan untuk berangkat ke kontrakan. Walaupun keluarga tidak mengizinkan kami bertiga pergi, tapi kami sudah mantap untuk hidup mandiri. Kami siap membesarkan anak kami secara mandiri tanpa campur tangan siapapun. Ahirnya sampai saat ini putra Kami usia 4 tahun ternyata kami mampu.

Pada moment hari keluarga nasional yang jatuh pada 29.06.2018 Semoga kita dapat mengerti, memahami, arti keluarga.

Keluarga adalah motivasi kita, Bahagiakan mereka.

Sayangilah pasangan masing-masing dengan ikhlas karena Allah.

Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit berharap kepada masyarakat indonesia,  Berilah kesempatan pada kami keluarga disabilitas untuk hidup berdampingan dengan kalian.

Tempatkanlah rasa kasihan Anda pada tempatnya.

Jangan di diskriminasi kami.

Meski kami beda, tapi ini bukan kami yang minta.

Kami beda tapi hati dan jiwa kami dan kalian sama.

Kami keluarga difabel. Mempunyai impian bisa mendapat hak yang sama dinegri ini. Melalui tulisan yang sederhana ini saya ingin berpesan bahwa perbedaan ini semoga kita dapat mensyukuri yang Allah beri.

Mohon maaf buat pembaca semua jika ada yang kurang berkenan.
~~~~

Tulisan ini dibuat oleh Kolumnis Tunanetra di website TNI AD. 

Tulisan ini dibuat langsung ybs , dikirim via WA dan tidak dilakukan editing oleh Tim Dispenad.

Semoga kisah yang ditulis oleh Mas Hadi dapat memberikan inspirasi bagi kita semua.

Jika seorang disabilitas tunanetra mampu menulis di media online, bagaimana dengan kita yang sehat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar