Rabu, 09 Desember 2015

Danrem 161/WS Sebagai Pemateri Dalam Seminar HKSN


Pendam IX/Udayana
9 Desember 2015
Editor Kapten Inf I Nyoman Budiarta

Danrem 161/WS Brigjen TNI Heri Wiranto, S.E.,M.M., mewakili Pangdam IX/Udayana menjadi salah satu pemateri pada kegiatan Seminar Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, Selasa (8/12) bertempat di Aula El Tari Kupang.

Seminar yang bertemakan “Ayo Kerja Bersama Membangun Indonesia Sejahtera”, dihadiri oleh Dirjen Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Kementian Sosial RI Drs. Andi Anindito, M.Si., dan berbagai kalangan, seperti Mahasiswa, Pelajar, Pegawai Negeri Sipil, Militer, Tokoh Agama dan peserta lainnya. Dibuka oleh Wakil Gubernur NTT, Benny Alexander Litelnoni yang dalam sambutannya mengatakan penghargaan terhadap pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial RI dalam memberikan perhatian kepada Provinsi Nusa Tenggara Timur yang masih mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wagub  berharap  dengan dilaksanakannya seminar ini akan menambah wawasan dan cara berpikir kita semua untuk membangun kepedulian dan solidaritas sosial kita dalam segala profesi yang kita miliki.

Sementara Danrem 161/WS sebagai pemateri pertama dihadapan para peserta seminar menjelaskan tentang Wawasan Kebangsaan dan Strategi Pertahanan Lintas Batas. Di awal pemaparannya, Danrem memberikan gambaran tentang wilayah geografis Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, kemudian kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia yang begitu berlimpah menjadi rebutan bagi negara-negara maju di dunia. Dijelaskan juga tentang perkembangan issue global, regional, nasional maupun wilayah. Untuk saat ini issue ancaman kelompok radikal ISIS menjadi perhatian semua negara di dunia, konflik regional Laut Cina Selatan, Semenanjung Korea, Timur Tengah juga tidak bisa dikesampingkan, belum lagi masalah-masalah nasional dan wilayah yang dapat mengganggu stabilitas dan keamanan nasional akibat pengaruh dari issue global tersebut.

Danrem juga menyoroti  tentang perilaku generasi muda saat ini, seperti pelajar terlibat tawuran, mahasiswa berkelahi antar Fakultas dan antar Universitas serta terlibat permasalahan lain seperti kenakalan remaja dan Narkoba. Ini membutuhkan perhatian dan kepedulian kita semua sebagai warga bangsa agar generasi muda tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif.
Digambarkan juga tren perang yang terjadi saat ini yang disebut dengan Proxy War atau perang proxy dimana perang tidak lagi berhadap-hadapan antara dua negara atau secara konvensional tetapi sudah memanfaatkan pihak-pihak ketiga yang dapat memanfaatkan sendi-sendi ideologi, sosial budaya atau ekonomi untuk mengganggu keamanan suatu negara yang dapat bermuara pada terjadinya disintegrasi pada negara bersangkutan.

Terkait masalah perbatasan, Danrem menjelaskan bahwa Negara Indonesia yang luas ini secara teritori laut berbatasan dengan sepuluh negara dan secara teritori daratan berbatasan dengan tiga negara. Banyak permasalahan tentang batas negara yang harus diselesaikan baik secara diplomasi atau secara hukum untuk mendapatkan suatu kepastian sehingga nantinya tidak menjadi sengketa yang berkepanjangan.

Dengan negara kita berbatasan laut dan daratan maka banyak juga ancaman yang terjadi baik yang dilakukan oleh aktor negara seperti, agresi, konflik perbatasan, pelanggaran kedaulatan, aktifitas intelijen asing ataupun oleh aktor non negara seperti penyelundupan, pencurian sumber daya alam dan perompakan.

Menghadapi kondisi ini kita perlu meningkatkan kewaspadaan, kepedulian kita untuk menjaga kedaulatan negara dengan sebaik-baiknya, termasuk bagi wilayah perbatasan bagaimana kita membangun dan memberdayakan wilayah perbatasan dengan masyarakatnya sehingga pada akhirnya perbatasan negara kita mampu menjadi gerbang terdepan yang dapat menunjukkan cermin dan jati diri negara yang sesungguhnya.

Pemateri lain, Dirjen Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan, Drs. Andi Hanindito, M.Si., membawakan materi tentang “Revolusi Mental Karakter Bangsa Dalam Perspektif Kesetiakawanan Sosial”, menjelaskan Kesetiakawanan sosial dalam konteks kesejahteraan sosial dimaknai sebagai proses sosial yang dilakukan oleh setiap individu/ kelompok/masyarakat untuk peduli, berbagi dan toleransi.

Menurutnya kesetiakawanan sosial  dapat dipandang dari perspektif filosofis, psikologis, sosiologis dan antropologis. Filosofis, kesetiakawanan sosial mengandung makna  “tat twam asi” : aku adalah engkau dan engkau adalah aku, mengisyaratkan bagaimanakah istilah “aku dan kami” menjadi kita semua. Psikologis, kesetiakawanan sosial mengandung makna sebagai pola pikir, sikap dan perilaku pro sosial yang berujung pada tindakan pro sosial yaitu peka, peduli dan berbagi.

Acara yang dimoderatori oleh Staf Pengajar Universitas Nusa Cendana, Drs Thomas dihadiri oleh 300 orang  berlangsung interaktif dengan adanya berbagai saran masukan dan pertanyaan dari para peserta yang hadir pada acara Seminar Hari Kesetiakawanan Sosial ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar