MOZES ADIGUNA
NKRI harga mati!!!
Monday, 21 March 2016
Lima Argumentasi Paling Konyol Organisasi Papua Merdeka
Segala sesuatu yang kita
yakini dan lakukan tentu memiliki alasan. Hanya orang yang tidak waras
yang tidak tahu alasannya mengapa ia berbuat sesuatu. Sebagai contoh,
saya makan ayam goreng. Tentu saja ada alasan di balik saya makan ayam
goreng. Misalkan saja saya makan ayam goreng karena ayam goreng adalah
makanan favorit saya atau bisa jadi saya terpaksa makan ayam goreng
karena tidak ada pilihan makanan lain pada saat itu. Begitu pula mengapa
saya mendukung NKRI tentu juga ada alasannya. Seringkali kata “debat”
dikonotasikan sebagai sesuatu yang negatif. Padahal melalui debat kita
dapat belajar untuk berpikir kritis dan perdebatan membuat pola pikir
kita semakin dewasa dan mampu menerima pendapat orang lain. Debat
menjadi sesuatu yang negatif ketika debat tersebut telah menjadi debat
kusir bahkan sudah bercampur berbagai macam kata makian. Saya sudah
sering berdebat dengan para pendukung OPM di media sosial Facebook.
Seringkali mereka hanya bisa mencaci maki lawan bicaranya ketika mereka
telah terpojokkan. Berikut ini adalah lima argumen OPM yang paling
konyol yang paling sering saya temui :
Belanda tidak menjajah Papua
Argumentasi ini dapat
langsung menghilangkan rasa simpatik orang-orang Indonesia terhadap
perjuangan kemerdekaan Papua yang mungkin sempat muncul. Orang-orang
Indonesia dapat langsung mengambil kesimpulan bahwa OPM bukanlah pejuang
kemerdekaan sejati, melainkan kolaborator penjajah yang sakit hati.
Bagi seorang pejuang kemerdekaan sejati, kemerdekaan harus direbut
dengan tangan sendiri, bukan menunggu diberi. Tidak ada penjajah yang
lebih baik, semua penjajah sama-sama buruk. Pernahkah Anda terpikirkan
mengapa Benny Wenda tidak pernah melakukan kampanye Papua merdeka di
Etiopia dan Haiti? Selain tidak akan dapat banyak uang karena Etiopia
dan Haiti adalah negara miskin, alasannya juga karena kampanye Papua
merdeka akan menjadi bahan tertawaan di sana. Etiopia dan Haiti
merupakan simbol perlawanan bangsa kulit hitam terhadap penjajahan
bangsa kulit putih. Orang-orang Etiopia bangga akan negaranya karena
menjadi satu-satunya negara di Afrika yang tidak pernah dijajah oleh
bangsa Eropa sedangkan orang-orang Haiti bangga akan negaranya karena
menjadi republik kulit hitam pertama di dunia setelah peristiwa Revolusi
Haiti yang merupakan pemberontakan budak terbesar kedua dalam sejarah
umat manusia setelah pemberontakan Spartacus terhadap Imperium Romawi.
Sebenarnya mereka bisa dengan mudah mengatakan “Belanda juga adalah penjajah bagi bangsa Papua”
dan memotong sebuah perdebatan. Akan tetapi, mereka malah memilih
ngotot membela Belanda bahkan memuji-muji Belanda yang justru berakibat
munculnya sikap antipati dari orang-orang Indonesia terhadap perjuangan
kemerdekaan Papua untuk selama-lamanya.
Pertempuran Vertieres, pertempuran terakhir dalam sejarah Revolusi Haiti
Ini adalah argumentasi
orang-orang yang buta geografi. Yang mereka tahu hanya Pulau Papua yang
kaya akan sumber daya alam. Lebih lucunya lagi, semua pendatang yang
tinggal di Papua mereka sebut sebagai “orang Jawa”. Padahal para
pendatang tersebut ada bermacam-macam etnis selain Jawa, antara lain
Bugis, Bali, Batak, Manado, dan Ambon. Jika Anda masih ingat pelajaran
geografi, Anda pasti ingat penjelasan Aceh sebagai provinsi yang kaya
akan gas alam, Kalimantan Timur sebagai provinsi yang kaya akan batu
bara, dan Bangka Belitung sebagai provinsi yang kaya akan timah. Tambang
minyak bumi di luar Papua ada di Cepu, Cirebon, Wonokromo, Tarakan,
Palembang, dan Jambi. Tambang emas di luar Papua ada di Batu Hijau,
Simau, Tasikmalaya, dan Meulaboh. Toraja, Gayo, dan Flores juga
merupakan daerah-daerah penghasil kopi yang telah menembus pasar
mancanegara. Belum ditambah industri pariwisata Indonesia yang kini
sedang berkembang pesat. Jadi tidak masuk akal jika kita mengatakan
Indonesia langsung jatuh miskin begitu Papua lepas dari Indonesia. Kita
tidak ingin Papua lepas dari NKRI bukan karena ingin mengeksploitasi
kekayaan alamnya tetapi secara historis Papua memang sudah menjadi
bagian dari sejarah bangsa Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya.
Andaikata Pulau Papua setandus Gurun Saharapun, kita tetap ingin Papua
menjadi bagian dari NKRI.
Mata uang kolonial dianggap sebagai mata uang nasional
Mata uang kolonial Belanda yang diklaim OPM sebagai mata uang Papua Barat
Jika ini adalah mata uang
Papua Barat, mengapa wajah-wajah yang terpampang adalah wajah
orang-orang kulit putih? Mengapa bukan wajah tokoh-tokoh OPM seperti
Markus Kaisiepo, Ferry Awom, atau Kelly Kwalik? Jika kita lihat mata
uang Filipina, maka yang terpampang di sana adalah wajah Jose Rizal,
Emilio Aguinaldo, dan Apolinario Mabini, bukan wajah Ferdinand Magellan
atau Raja Felipe II. Jika kita lihat mata uang Amerika Serikat, maka
yang terpampang di sana adalah wajah George Washington, Alexander
Hamilton, dan Benjamin Franklin, bukan wajah Raja George III. Tentu
kalau hal ini disampaikan di depan orang-orang asing, mereka juga pasti
tertawa terbahak-bahak. Semua orang langsung tahu lembar uang di atas
merupakan mata uang kolonial Belanda di Papua Barat cukup dengan melihat
tulisan “Nederlands Nieuw Guinea”.
Pernahkah Anda menyebut mata uang ini sebagai mata uang Republik Indonesia?
Indonesia melakukan genosida terhadap penduduk asli Papua
Memangnya apa sih arti
dari kata “genosida”? Menurut KBBI, genosida berarti pembunuhan
besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras. Menurut
mereka, bukti pemerintah Indonesia melakukan genosida adalah jumlah
pertumbuhan penduduk Papua yang terlihat lambat. Menurut mereka
seharusnya penduduk asli Papua sudah mencapai 5 juta jiwa bukan 2 juta
jiwa karena penduduk Papua Nugini sudah mencapai 5 juta jiwa.
Pertanyaannya apakah mereka ini juga sudah menghitung orang-orang Papua
yang tinggal di luar Papua? Lagipula tidak bisa bikin banyak anak kok
orang lain yang disalahkan? Coba Anda pikirkan, lucu tidak sih kalau ada
suami istri yang tidak bisa bikin anak malah ketua RT yang disalahkan?
Filep Karma sendiri yang juga menggebu-gebu mengatakan bahwa terjadi
genosida di Papua bukannya menikah dengan sesama orang Papua dan bikin
anak-anak Papua sebanyak mungkin ternyata malah menikah sama orang Jawa.
Sungguh munafik! Kalau memang benar-benar terjadi genosida di Papua,
bagaimana bisa yang jadi gubernur dan wakil gubernur provinsi Papua dan
Papua Barat adalah orang-orang asli Papua? Bagaimana bisa ada beberapa
orang Papua yang jadi menteri Republik Indonesia? Lebih lucunya lagi,
sudah tahu terjadi “genosida” bukannya sembunyi mereka malah bikin akun Facebook dan memasang foto wajahnya sebagai profile picture.
Inikah salah satu bukti adanya genosida?
Kalau benar terjadi genosida, mana mungkin ada orang asli Papua jadi gubernur?
OPM ternyata tidak bisa
membedakan mana etnis mana organisasi. OAP adalah sebuah etnis sedangkan
OPM adalah sebuah organisasi. Sekarang pertanyaan saya apakah semua
orang Muslim di Indonesia adalah FPI? Apakah semua orang kulit putih di
Amerika Serikat adalah Ku Klux Klan? Jawabannya adalah “tidak”. Kita
melihat tidak kalah banyak orang-orang Muslim yang membenci FPI dan
orang-orang kulit putih yang membenci KKK. Begitu pula dengan
orang-orang Papua, pasti ada orang-orang Papua yang membenci OPM.
Seperti yang kita ketahui, OPM adalah organisasi yang dibentuk oleh
budak-budak Belanda yang sakit hati karena majikan mereka diusir dari
Tanah Papua. Mungkin mereka tidak diperbudak secara fisik tetapi mereka
diperbudak secara mental oleh Belanda. Buktinya mereka tidak menganggap
Belanda sebagai penjajah. Mereka telah dibentuk dengan pemikiran bahwa
mereka adalah bangsa inferior sehingga membutuhkan bangsa Belanda untuk
memerkenalkan mereka dengan peradaban seolah mereka tidak dapat
membangun peradaban dengan kekuatan mereka sendiri. Jika semua orang
asli Papua adalah OPM, apakah semua orang Papua suka “mencium pantat”
orang Belanda seperti halnya OPM? Ada banyak orang Papua yang tidak mau
disuruh “mencium pantat” orang Belanda, beberapa di antaranya adalah
Silas Papare, Frans Kaisiepo, Marthen Indey, dan Johannes Dimara.
Biasanya para simpatisan OPM hanya bisa mengatakan : “Mereka hanyalah cerita karangan Indonesia”. Maka saya juga bisa mengatakan : “Benny
Wenda adalah cerita dongeng karangan OPM yaitu seseorang yang punya
kekuatan menghipnotis banyak orang dengan gas kentut sehingga mereka
mendukung Papua merdeka.”
Secara fisik mereka adalah budak tetapi jiwa mereka merdeka
Secara fisik mereka adalah merdeka tetapi jiwa mereka budak
NKRI HARGA MATI tidak bisa ditawar tawar lagi...
BalasHapus