Pendam
IX/Udayana
Kamis,
24 Agustus 2017
Industri
Strategis Nasional sangat diperlukan kedepan dalam pertahanan negara, bila
industri strategis sudah mandiri tentunya kita punya kepercayaan diri yang luar
biasa dalam mengawal dan menjaga wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) karena tidak akan diembargo lagi.
Demikian
disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gaot Nurmantyo kepada awak media usai
acara Peluncuran dan Bedah Buku Kebijakan KKIP (Komite Kebijakan Industri
Pertahanan) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Republik Indonesia oleh Menteri Pertahanan
RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu dan Ketua KKIP Laksamana TNI (Purn)
Sumardjono, bertempat di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kemenhan RI, Jl. Merdeka
Barat Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2017).
Panglima
TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan bahwa Alutsista yang dimiliki TNI
dari produksi industri dalam negeri masih memiliki banyak kekurangan, tapi
disisi lain juga masih banyak kelebihannya. “TNI sebagai pengguna
Alutsista selalu memberikan masukan dan evaluasi terhadap industri pertahanan
dalam negeri kepada Kementerian Pertahanan RI” jelasnya.
Selanjutnya,
Panglima TNI mengatakan bahwa pengembangan industri strategis dilakukan secara
bertahap, tidak bisa kita langsung ke alih teknologi dan sebagainya.
Namun demikian, kemajuan-kemajuan industri strategis juga berkembang
pesat. Contohnya, kita sudah mulai membuat Kapal Selam dan Pesawat Tempur,
termasuk Radar dan Tank Model Rantai.
Menurut
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, untuk pengembangan industri pertahanan dalam
negeri perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Disamping
itu perlu dicarikan lokasi baru yang lebih strategis untuk pengembangan
industri pertahanan seperti Pindad yang berlokasi di Bandung sudah tidak
visioner lagi. “Pindad mungkin perlu direlokasi di suatu tempat yang lebih
luas, dan dekat Pelabuhan, Bandara dan sebagainya,” katanya.
Sementara
itu, terkait insiden tabrakan Kapal Perang USS John S McCain dengan Kapal
Tanker Alnic MC di perairan Singapura, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot
Nurmantya mengatakan bahwa sampai saat ini, Indonesia melalui TNI AL
bersama-sama dengan Angkatan Laut Malaysia dan Singapura masih melakukan
pencarian 10 Pelaut asal Amerika Serikat yang hilang.
Panglima
TNI mengatakan bahwa pencarian tersebut harus berdasarkan arus air laut pada
saat kejadian, arusnya kemana itu yang kita kejar. “Kita juga mengerahkan
kapal-kapal kecil, termasuk nelayan juga kita mobilisasi di tempat yang aman
dari jalur,” ucapnya.
Panglima
TNI membenarkan bahwa perairan Singapura sangat berpotensi terjadinya
kecelakaan tabrakan kapal, karena Perairan Singapura merupakan wilayah lalu
lintas yang paling padat di dunia. (Aut:Puspen TNI, Pendam IX/Udayana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar